Minggu, 06 Mei 2012

GUNUNG MASIGIT DAN KAREUMBI

KEADAAN FISIK KAWASANLetak dan luas
Kawasan hutan Gunung Masigit dan Kereumbi ditetapkan sebagai Taman Buru berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 297/Kpts/Um/5/1976, tanggal 15-5-1976 dengan luas 12.420,70 Ha.

Taman Buru Gunung Masigit dan Kareumbi meskipun sudah berjalan 20 tahun lebih, terhitung sejak ditetapkannya sebagai taman buru, pengelolaan kawasan ini belum mencapai sasaran seperti yang diharapkan sesuai fungsi peruntukannya. Hal ini disebabkan antara lain karena masih ada permasalahan yang belum terselesaikan, terutama yang menyangkut status serta kebijaksanaan rencana pengembangannya.

Pintu masuk kawasan ini terletak di Desa Leuwiliang Kecamatan Cicalengka. Secara administrasi Pemerintahan kawasan ini sebagian besar termasuk ke dalam wilayah kabupaten Sumedang dan sisanya masuk wilayah Kabupaten Garut dan Bandung.

Topografi
Umumnya berbukit dan bergunung dengan puncak tertinggi adalah Gunung Karenceng � 1.736 m di atas permukaan laut. Sudut kemiringan bervariasi dari 20% - 30%.

Dalam kawasna ini terdapat pula bebrapa sumber air berupa sungai diantaranya : Sungai Cigunung, Cikantap, Cimanggu, Cihanyawar, Citarik Cideres, Cileunca, Cianten, Cikayap Cibayawak, Cibangau, Cisereh dan Cimacan.



Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, iklim kawasan ini termasuk iklim tipe C dengan rata-rata curah hujan per tahun 1.900 mm. Temperatur rata-rata 23 derajat Celsis dengan kelembaban udara bervariasi antara 60% sampai 90%.

POTENSI BIOTIK KAWASAN

Flora
Vegetasi kawasan ini termasuk hutan pegunungan yang terbagi dalam dua kelompok yaitu : Hutan Alam dan Hutan Tanaman. Hutan Alam diperkirakan meliputi 60% bagian.

Hutan Alam di dominasi oleh jenis : Pasang (Quercus sp.), Saninten (Castanea argentea), Puspa (Schima walichii), Rasamala (Altingia excelsea). Sedangkan tumbuhan bawahnya terdiri dari tepus (Zingiberaceae), Congok (Palmae), Cangkuan (Pandanaceae) dan lain-lain. Dari jenis liana dan epiphyt yang terdapat di kawasan ini adalah Seuseureuhan (Piper aduncum), Angbulu (Cironmera anbalqualis), Anggrek Merpati (Phalaenopsis sp), Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis), Kadaka (Drynaria sp), dan lain-lain. Hutan tanaman � 40 % didomonir oleh jenis pinus (Pinus merkusii), Bambu (Bambusa sp),  dan Kuren (Acasia decurens).

Fauna
Selain Rusa Sambar (Cervus unicolor), yang memang dikembangkan sejak tahun 1966 oleh Bapak Ibrahim Adjie, jenis satwa lainnya yang ada dalam kawasan ini adalah : Rusa (Cervus timorensis), Babi hutan (Sus vitatus), Anjing hutan (Cuon javanica), Macan Tutul (Panthera pardus), Kucing hutan (Felis Bengalensis), Kijang (Muntiacus muntjak), Kera (Macaca fascicularis), Lutung (Tracypithecus auratus), Burung Walik (Chalcophals indica), Ayam hutan (Gallus gallus) dan Bultok (Megalaema zeylanica).


AKSESIBILITASUntuk menuju lokasi dapat ditempuh dengan menggunakan roda empat atau roda dua, dengan rute :
  1. Dari Bandung melalui Sumedang � Cipancar, sejauh � 4 Km, dari Cipancar ke Lokasi � 15 Km, dengan kondisi jalan buruk.
  2. Dari Bandung � Limbangan � Cibugel, berjarak � 68 Km, dari Cibugel ke lokasi � 3 Km, dengan kondisi jalan buruk.
  3. Dari Bandung � Cicalengka � Sindangwangi sejauh � 43 Km, dari Sindangwangi ke lokasi � 3 Km, dengan kondisi jalan buruk. sumber : http://dishut.jabarprov.go.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar